Sejajarkan langkah Masyarakat demi kebaikan semua pihak


Secara umum, perubahan iklim global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global)

Penyebab utama Pemanasan Global adalah gas karbon dioksida yang di produksi oleh beberapa sektor utama kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Misalnya industri dan transportasi. Faktor lain yang juga mempengaruhi pemanasan global adalah barang-barang yang sulit untuk diurai oleh alam atau biasa disebut unrecyclable goods seperti plastik, kertas dan stereofoam. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keseimbangan lingkungan hidup, perusakan, dan penurunan fungsi lingkungan hidup. Kondisi lingkungan hidup mempengaruhi secara langsung fungsi lingkungan untuk menyerap karbondioksida dan menyeimbangkannya secara alami.

Mari kita coba teliti lebih jauh mengenai salah satu faktor penyebab pemanasan global diatas, yaitu plastik. Plastik sangat erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi masyarakat, seperti kantong plastik yang digunakan untuk berbelanja, dan kemasan plastik pembungkus alat mandi (dan barang convenience lainnya seperti pasta gigi, sampo, parfum, body lotion, sabun mandi) yang menjadi konsumsi masyarakat secara reguler. Pernahkah anda berpikir, berapa banyak kantong plastik yang digunakan atau kemasan plastik yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari? Banyak. Apabila kita kuantitatifkan dengan jumlah penduduk Indonesia, yaitu sebesar 255.587.718 jiwa  dan asumsi konsumsi individu terhadap barang tersebut adalah 1 buah perbulan, maka jumlah barang berbahan plastik adalah 255.587.718 untuk satu jenis barang. Belum lagi konsumsi kantong plastik yang selalu diperlukan sebagai media untuk membawa barang dari pasar ke rumah, menunjukkan peningkatan limbah plastik yang ada.

Mungkin anda berpikir bahwa permasalahan hanya akan terjadi pada proses pengolahan limbah plastik saja bukan pada konsumsi masyarakat. Pemikiran seperti inilah yang justru menjadi akar permasalahan. Pertama, masih banyak orang berpikir bahwa plastik tidak berpengaruh terhadap pemanasan global. Kedua, meskipun mereka mengetahui bahwa plastik mempengaruhi fenomena pemanasan global, hal itu tidak akan signifikan dibandingkan dengan kontribusi negatif industri dan transportasi terhadap pemanasan global. Dua permasalahan diatas menimbulkan suatu paradigma sosial, dimana tanggung jawab penyelesaian masalah pemanasan global hanya eksklusif pada pemerintah dan industri.

Hal ini berdampak buruk terhadap pemanasan global itu sendiri. Dampak buruk pertama adalah masyarakat tidak ada kemauan untuk mengerti masalah pemanasan global. Situasi seperti ini yang akan mempengaruhi ketidakadaan usaha untuk merubah kebiasaan buruk yang berdampak pada pemanasan global. Kedua, masyarakat akan tetap mengkonsumsi plastik tanpa mempertimbangkan bahayanya terhadap pemanasan global karena menganggap pihak lain lah (pemerintah dan industri) yang harusnya lebih dulu bertanggungjawab dibanding masyarakat yang kontribusinya tidak signifikan.

Ketika masyarakat tidak memiliki kemauan untuk mengerti dan berubah, segala bentuk informasi mengenai pemanasan global tidak akan diterima secara baik dan cukup. Hal ini akan menghambat proses kampanye masal yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau biasa disebut Non Governmental Organization (NGO) dan pemerintah itu sendiri. Kinerja NGO membutuhkan partisipasi masyarakat untuk berhasil. Sebagai contoh dari NGO internasional adalah Oxfam, yang merupakan konfederasi Internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Pemerintah melalui kebijakan-kebijakan pro lingkungannya pun tidak akan cukup untuk meminimalisasi dampak pemanasan global. Pemerintah Malaysia misalnya. Pemerintah Malaysia sangat ketat dalam pemberian perizinan bangunan pencakar langit yang berdampak langsung pada penggunaan lahan produktif dan ketersediaan lahan hijau. Oleh karena itu, kesinambungan kerjasama antar pihak  sangatlah penting.

Masyarakatlah yang mempunyai kekuatan disegala pihak.  Sebagai ilustrasi, jika pemerintah Negara A memiliki kebijakan eco-label, dimana setiap produk yang ramah lingkungan diberi tanda khusus untuk memberi gambaran yang jelas bahwa produk tersebut ramah lingkungan, kemudian Industri menjalankan kebijakan tersebut. Industri pada tahap ini  mempercayai bahwa eco-label tidak akan merusak keuntungan agregat (selain berkontribusi bagi program Corporate Social Responsibility (CSR) nya untuk lingkungan).
Namun disisi lain, masyarakat, sebagai objek/target pemasaran, tidak mempedulikan label yang tertera dalam produk yang di jual oleh industri. Apa yang akan terjadi? Ketidakpedulian masyrakat ini akan mempengaruhi fokus industri yang tadinya ingin membantu pemerintah menjadi etnosentris atau hanya berfokus pada keuntungan semata (karena tujuan utama industri adalah mendapatkan keuntungan). Meskipun dalam beberapa kasus, kekuasaan pemerintah dapat menggerakkan industri menjadi ramah lingkungan, dan menjadikan masyarakat peduli lingkungan. Namun, kesinambungan proses perbaikan keadaan bumi hanya akan tercapai apabila semua pihak sadar dan mengerti apa yang harus mereka lakukan, serta bagaimana bumi harusnya diperlakukan.

Pemanasan global bukanlah masalah satu pihak, bukan pula masalah satu Negara. Pemanasan global adalah masalah semua pihak yang hidup dan menikmati fasilitas alami yang bumi sediakan.

Mari selamatkan bumi bersama-sama. Mari sejajarkan langkah masyarakat demi kebaikan bumi, demi kebaikan kita semua.

Leave a respond